Tanggal 20 Mei setiap tahun diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Di setiap instansi pemerintahan dan sekolah-sekolah negeri biasanya diadakan upacara bendera. Meski nggak bisa dipungkiri kamu-kamu biasanya pada berebut memilih barisan paling belakang supaya bisa ngobrol sendiri kalo udah pada bete sama ritual ala nasionalisme itu. Iya apa iya? Ehm...
Kalo kamu jeli, kebangkitan nasional yang dibangga-banggakan tiap tahun itu semuanya cuma kamuflase. Nggak ada buktinya. Bahkan fakta yang ada menunjukkan sebaliknya. Jangankan bangkit, bisa bertahan hidup aja sudah lumayan bagus. Wah, kesannya kayak kritis banget yah? Emang iya kok. Mau buktinya?
Bangkit atau bangkrut?
Sebuah negeri yang bangkit seharusnya udah maju dari dulu. Bukan malah terpuruk kayak sekarang ini. Kebetulan bulan Mei juga ada peringatan hari pendidikan yang jatuh tanggal 2 tiap tahunnya. Ternyata masih banyak hal mengenaskan tentang nasib pendidikan negeri ini. Disiarkan sebuah stasiun TV bahwa ada seorang guru bernama Pak Mahmud cuma mendapat gaji Rp 400 rb untuk menghidupi anak dan istrinya. Padahal itu di ibu kota Jakarta yang bea hidup begitu tinggi. Jadilah beliau ‘nyambi’ jadi pemulung agar dapur tetap mengepul.
Belum lagi sekolah-sekolah yang pada roboh. Mengutip puisi Prof. Winarno Surahman yang menyulut emosi mantan Wapres Jusuf Kalla, sekolah di negeri ini kayak kandang ayam (ato kandang ayam yang mirip sekolah ya?). Lalu ada juga tempat belajar beratap terpanjang di dunia alias di bawah jalan tol, karena harga pendidikan formal semakin mahal saja dari hari ke hari sehingga tak terjangkau rakyat kecil. Gimana nggak kalo subsidi pendidikan dari tahun ke tahun semakin dikurangi. Universitas negeri pun disulap menjadi BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang biayanya melangit. Meskipun ada wajib belajar 9 tahun, harga pendidikan negeri ini masih saja tak masuk akal!
Bukan hanya di bidang pendidikan saja keterpurukan negeri ini. Tapi juga di berbagai aspek kehidupan kondisi negeri ini masih berada pada taraf mengenaskan. Coba amati di bidang ekonomi. Harga BBM yang melambung tinggi mengakibatkan kian terpuruknya perekonomian negeri ini. Harga-harga membubung tinggi. Beras dan minyak tanah tak terbeli. Bahkan di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi subur makmur ditanami apa pun tumbuh subur, ternyata busung lapar menjadi sebuah tren. Meski kata para pejabat yang malu daerahnya ketahuan ada busung lapar, berusaha mengganti istilahnya dengan salah pola makan. Huh... jangankan mengatur pola makan, sedangkan apa yang dimakan aja nggak ada.
Belum lagi soal kesehatan. Tempo hari koran-koran ramai memberitakan tentang anak pemulung yang mati karena sakit dan tak mampu beli obat. Sudah gitu bapaknya tak mampu membeli tanah untuk mengubur anaknya. Bayangkan, untuk rumah masa depan seluas 1 x 2 meter aja harus beli. Ini satu contoh, masih banyak yang lainnya.
Kemiskinan ini mengakibatkan mata rantai yang pelik. Kriminalitas meningkat tajam. Demi sekaleng susu untuk bayinya seorang ibu terpaksa mencuri dari etalase supermarket. Ia pun langsung digiring ke satpam, dan dipermalukan di depan umum. Bandingkan dengan apa yang dilakukan terhadap koruptor negeri ini yang makan duit triliunan rupiah. Mereka bisa lenggang kangkung dengan enaknya melewati perbatasan untuk lari ke luar negeri.
Hukum bisa dinego, jaksa dan hakim bisa disuap. Berapa lama hukuman tergantung berapa dana yang disiapkan. Ini hanya sebagian kecil saja potret buram bangsa yang bangga dengan peringatan hari kebangkitan ini.
Kebangkitan semu
Amrik boleh aja bisa bikin pesawat supersonik yang kecepatannya menyamai kecepatan suara misalnya. Amrik dan negara maju lainnya juga sudah sampai ke bulan. Mereka mampu membuat berbagai macam teknologi untuk memudahkan kehidupan manusia. Karena katanya, majunya teknologi adalah ukuran bagi kebangkitan suatu bangsa. Belum lagi perekonomian yang tinggi pertumbuhannya, makin membuat silau negeri-negeri dunia ketiga.
Tapi coba kamu lebih jeli sedikit. Nggak usah banyak, cukup sedikit aja. Apa harga dari kebangkitan semu dengan simbol bernama teknologi dan tumbuhnya ekonomi itu? Masyarakat menjadi workcoholic alias gila kerja yang kemudian diikuti dengan depresi dan stres berat. Karena tekanan yang cukup berat ini mereka lari ke bar dan pub untuk mencari hiburan. Mereka akrab dengan minuman alkohol untuk menghilangkan kepenatan. Ini saja? Belum. Tahan nafas yah...
Di bar dan pub selalu ada wanita penghibur alias pelacur untuk memberi kepuasan sesaat. Rumah tangga? Jangan ditanya. Silakan kalian survey sendiri berapa persen pernikahan hancur karena asas sekuler dan kapitalisme yang diterapkan negara kemudian mendarah daging dalam masyarakatnya. Ketika keluarga hancur, bagaimana nasib anak-anaknya? Brokenhome. Mereka menjadi anak yang kurang kasih sayang dan tumbuh menjadi anak-anak nakal.
Kamu-kamu tahu Tom Cruise kan? Menurut versi salah satu majalah di Amerika, dia ini adalah cowok terganteng di dunia. Doi adalah korban dari brokenhome dan masa kecilnya sering dilalui dengan pukulan demi pukulan dari ayahnya. Gimana jadinya dia ketika besar? Gonta-ganti cewek dan akhirnya menghamili Katie Holmes di luar nikah. Meskipun kemudian mereka menikah juga, tapi yang namanya berzina tetap saja berzina.
Kembali ke anak sebagai korban. Di negeri sekuler sono, bunuh diri menjadi tren tersendiri bagi anak-anak karena hal sepele. Diolok teman, pulang langsung bunuh diri. Bahkan di negeri ini kita masih belum lupa tragedi anak SD yang mencoba bunuh diri karena tak mampu membayar uang iuran sebesar 2500 rupiah. Lihatlah betapa rentan kondisi psikologis mereka yang seumuran adik-adik kita. Ini karena mereka miskin.
Eh, ngomongin soal kemiskinan, kesenjangan antara kaya dan miskin lebar dan dalam banget tuh. Meski di Barat pengangguran diberi tunjangan (ini yang sering bikin iri masyarakat kita), sebetulnya yang miskin tetap aja miskin. Uang tunjangan itu tak sanggup untuk menanggung beban hidup yang sangat mahal di negeri yang mengagungkan materi.
Belum lagi kalo ngomongin kriminalitas yang angkanya semakin tinggi. Perkosaan, pembunuhan, bahkan pelecehan terhadap agama tertentu dalam hal ini Islam. Mereka yang katanya mengagungkan HAM ternyata adalah pelanggar paling depan. Lihat saja serangan Amerika terhadap Irak dan pelarangan jilbab di sekolah dan institusi resmi lainnya. So, bagi mereka yang silau dengan peradaban Barat yang katanya sudah bangkit, kudu berpikir ulang kalo masih punya akal sehat dengan data-data di atas. Halaman ini nggak bakal cukup untuk membuka kebobrokan sistem yang berasas sekuler ini. Sumpah!
Bandingkan dengan yang ini...
Gaji guru TK dihargai sebesar 15 dinar yang kalo dikurs-kan senilai 15 juta rupiah. Pendidikan gratis bagi semua warga negaranya mulai level apa pun. Jadi gak harus nunggu kucuran BOS yang cuma untuk SD dan SMP aja. Udah gitu, perpustakaan terbuka untuk semua orang, bukan hanya akademisi aja. Ada pemandian dan kolam renang serta disediakan kantin gratis bagi yang rajin ke perpustakaan untuk menimba ilmu. Yang namanya murid-murid cerdas jangan ditanya lagi. Selevel Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Ibnu Taimiyah, al-Khawarizmy, dll mudah bermunculan.
Ibnu al-Baitar yang ahli pengobatan dari Spanyol, Ibnu Hayyan Jabir yang ahli kimia modern dan telah menulis 100 buku lebih, Abu Kamil Shuja’ yang ahli aljabar Islam tertua. Beliau ini juga yang telah menemukan perhitungan akar kuadrat dan persamaannya pada abad 13.
Hmm...selama ini kita mengira ini ditemukan oleh Barat kan? Beliau ini juga menulis kitab al-Faihrits yaitu katalog buku tentang matematika dan astrologi. Pada abad 10 bangsa-bangsa Eropa menterjemahkan karya ini dalam bahasanya masing-masing. Lalu ada juga Abu Wafa’ yang mengembangkan trigonometri (ukur sudut). Beliau juga penemu rumus penting dalam ilmu segitiga. Sin (a+b) = (sin a cos b + sin b cos a) : R yang semula dikira ditemukan oleh Copernicus. Bahkan Paus Silvester II merasa bangga mengakui dirinya menjadi murid orang-orang Islam di Cordoba. Keren banget kan?
Di bidang perekonomian lebih asyik lagi. BBM, listrik, tambang bumi, dan kekayaan alam lain nggak boleh tuh dimiliki individu atau perusahaan asing. Itu semua menjadi milik umum dan dikelola negara untuk digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Nggak ada ceritanya harga BBM naik melulu dan mencekik leher kayak sekarang ini. Wong kita memang kaya minyak kok, ngapain bayar mahal? Nggak ada riba diberlakukan, yang ada adalah bagi hasil sesuai hukum yang berlaku dalam hal ini yaitu hukum syara’.
Di bidang sosial, kehidupan masyarakat cenderung tenang dan damai karena pancaran ketakwaan di tiap individu mulai level rakyat jelata hingga pejabat negara terlihat jelas. Nggak ada yang kelaparan karena sistem distribusi yang merata dan sifat amanah pada individu pejabat serta hukum yang tegas diberlakukan. Gizi buruk dan busung lapar? No way. Nggak bakal ada yang sekarat karena tak mampu bayar obat. Tak ada juga penggusuran sewenang-wenang tanpa ridho pemilik tanah. Yahudi yang rumahnya digusur untuk membangun mesjid bisa memperoleh haknya lagi tanpa harus menangis-nangis kepada petugas tramtibmas.
Huah...masih banyak lagi deh kalo mau diceritakan semua di sini. Intinya kalo kebangkitan itu ukurannya adalah IPTEK, nggak ada apa-apanya dah peradaban Kapitalisme itu. Coba, mana ada pemimpin di negeri sekuler yang mau memikul gandum di pundaknya sendiri tatkal tahu ada rakyatnya yang kelaparan? Yang ada malah saling lempar tanggung jawab.
Nah, gimana nih supaya abad cemerlang dengan ideologi yang benar itu bisa bangkit lagi?
Ayo bangkit!
Bangkit itu berpindah atau berubahnya sebuah umat, bangsa, atau individu dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik. Begitu kata Ustadz Hafidz Shalih dalam buku karangannya An-Nahdhoh yang diterjemahkan menjadi Falsafah Kebangkitan.
Kita bisa bangkit kalo kita tahu apa aja yang menyebabkan kebangkitan bisa tercapai. Ternyata bukan penguasaan IPTEK atau banyaknya sekolah-sekolah didirikan. Tapi meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan dirinya sendiri, manusia dan alam sekitar. Kalo ia paham bahwa ternyata ketiga hal tersebut adalah fana, maka ia akan paham bahwa ada yang Mahakekal.
Setelah memahami ini, maka ia harus memahami bahwa Yang Mahakekal tadi bukan cuma bisa menciptakan, tapi Ia juga sudah menciptakan seperangkat aturan untuk diterapkan. Karena sifatNya yang Maha, maka Ia tahu yang terbaik buat kita. Nggak bakal ada ajang uji coba sistem diterapkan pada kita. Emangnya kita ini kelinci percobaan? Dicoba sistem kapitalis ternyata gagal, ganti sosialis. Sosialis gagal ganti Kapitalis. Huh...bodoh banget tuh yang suka melakukan kayak gitu. Ingat ini bukan ajang coba-coba (hehe, jadi kayak iklan neh;p)
So, negeri ini nggak bakal bangkit selama sistem sekulerisme-kapitalisme dijadikan sebagai acuan. Yakin 100%. Karena cuma dengan Islam sebagai ideologi dan sistem yang benar sajalah negeri ini dan negeri-negeri lain di dunia ini bisa mencapai kebangkitan hakiki. Kebangkitan yang tanpa meninggalkan persoalan baru. Memecahkan masalah tanpa menciptakan masalah baru. Dan, ide kebangkitan ini cuma omong kosong bila kamu sebagai tongkat estafet kepemimpinan masih bengong kayak sapi ompong.
Yuk ngaji yuk! Ngaji Islam sebagai the way of life, yang melingkupi seluruh aspek kehidupan tanpa kecuali. Jadikan negeri ini bangkit yang sebenarnya, bukan malah bangkrut yang sebenarnya. Kamu mau kan? So pasti dong ah. Siipp! By: Ria Fariana (voa-islam.com)
Kalo kamu jeli, kebangkitan nasional yang dibangga-banggakan tiap tahun itu semuanya cuma kamuflase. Nggak ada buktinya. Bahkan fakta yang ada menunjukkan sebaliknya. Jangankan bangkit, bisa bertahan hidup aja sudah lumayan bagus. Wah, kesannya kayak kritis banget yah? Emang iya kok. Mau buktinya?
Bangkit atau bangkrut?
Sebuah negeri yang bangkit seharusnya udah maju dari dulu. Bukan malah terpuruk kayak sekarang ini. Kebetulan bulan Mei juga ada peringatan hari pendidikan yang jatuh tanggal 2 tiap tahunnya. Ternyata masih banyak hal mengenaskan tentang nasib pendidikan negeri ini. Disiarkan sebuah stasiun TV bahwa ada seorang guru bernama Pak Mahmud cuma mendapat gaji Rp 400 rb untuk menghidupi anak dan istrinya. Padahal itu di ibu kota Jakarta yang bea hidup begitu tinggi. Jadilah beliau ‘nyambi’ jadi pemulung agar dapur tetap mengepul.
Belum lagi sekolah-sekolah yang pada roboh. Mengutip puisi Prof. Winarno Surahman yang menyulut emosi mantan Wapres Jusuf Kalla, sekolah di negeri ini kayak kandang ayam (ato kandang ayam yang mirip sekolah ya?). Lalu ada juga tempat belajar beratap terpanjang di dunia alias di bawah jalan tol, karena harga pendidikan formal semakin mahal saja dari hari ke hari sehingga tak terjangkau rakyat kecil. Gimana nggak kalo subsidi pendidikan dari tahun ke tahun semakin dikurangi. Universitas negeri pun disulap menjadi BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang biayanya melangit. Meskipun ada wajib belajar 9 tahun, harga pendidikan negeri ini masih saja tak masuk akal!
Bukan hanya di bidang pendidikan saja keterpurukan negeri ini. Tapi juga di berbagai aspek kehidupan kondisi negeri ini masih berada pada taraf mengenaskan. Coba amati di bidang ekonomi. Harga BBM yang melambung tinggi mengakibatkan kian terpuruknya perekonomian negeri ini. Harga-harga membubung tinggi. Beras dan minyak tanah tak terbeli. Bahkan di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi subur makmur ditanami apa pun tumbuh subur, ternyata busung lapar menjadi sebuah tren. Meski kata para pejabat yang malu daerahnya ketahuan ada busung lapar, berusaha mengganti istilahnya dengan salah pola makan. Huh... jangankan mengatur pola makan, sedangkan apa yang dimakan aja nggak ada.
Belum lagi soal kesehatan. Tempo hari koran-koran ramai memberitakan tentang anak pemulung yang mati karena sakit dan tak mampu beli obat. Sudah gitu bapaknya tak mampu membeli tanah untuk mengubur anaknya. Bayangkan, untuk rumah masa depan seluas 1 x 2 meter aja harus beli. Ini satu contoh, masih banyak yang lainnya.
Kemiskinan ini mengakibatkan mata rantai yang pelik. Kriminalitas meningkat tajam. Demi sekaleng susu untuk bayinya seorang ibu terpaksa mencuri dari etalase supermarket. Ia pun langsung digiring ke satpam, dan dipermalukan di depan umum. Bandingkan dengan apa yang dilakukan terhadap koruptor negeri ini yang makan duit triliunan rupiah. Mereka bisa lenggang kangkung dengan enaknya melewati perbatasan untuk lari ke luar negeri.
Hukum bisa dinego, jaksa dan hakim bisa disuap. Berapa lama hukuman tergantung berapa dana yang disiapkan. Ini hanya sebagian kecil saja potret buram bangsa yang bangga dengan peringatan hari kebangkitan ini.
Kebangkitan semu
Amrik boleh aja bisa bikin pesawat supersonik yang kecepatannya menyamai kecepatan suara misalnya. Amrik dan negara maju lainnya juga sudah sampai ke bulan. Mereka mampu membuat berbagai macam teknologi untuk memudahkan kehidupan manusia. Karena katanya, majunya teknologi adalah ukuran bagi kebangkitan suatu bangsa. Belum lagi perekonomian yang tinggi pertumbuhannya, makin membuat silau negeri-negeri dunia ketiga.
Tapi coba kamu lebih jeli sedikit. Nggak usah banyak, cukup sedikit aja. Apa harga dari kebangkitan semu dengan simbol bernama teknologi dan tumbuhnya ekonomi itu? Masyarakat menjadi workcoholic alias gila kerja yang kemudian diikuti dengan depresi dan stres berat. Karena tekanan yang cukup berat ini mereka lari ke bar dan pub untuk mencari hiburan. Mereka akrab dengan minuman alkohol untuk menghilangkan kepenatan. Ini saja? Belum. Tahan nafas yah...
Di bar dan pub selalu ada wanita penghibur alias pelacur untuk memberi kepuasan sesaat. Rumah tangga? Jangan ditanya. Silakan kalian survey sendiri berapa persen pernikahan hancur karena asas sekuler dan kapitalisme yang diterapkan negara kemudian mendarah daging dalam masyarakatnya. Ketika keluarga hancur, bagaimana nasib anak-anaknya? Brokenhome. Mereka menjadi anak yang kurang kasih sayang dan tumbuh menjadi anak-anak nakal.
Kamu-kamu tahu Tom Cruise kan? Menurut versi salah satu majalah di Amerika, dia ini adalah cowok terganteng di dunia. Doi adalah korban dari brokenhome dan masa kecilnya sering dilalui dengan pukulan demi pukulan dari ayahnya. Gimana jadinya dia ketika besar? Gonta-ganti cewek dan akhirnya menghamili Katie Holmes di luar nikah. Meskipun kemudian mereka menikah juga, tapi yang namanya berzina tetap saja berzina.
Kembali ke anak sebagai korban. Di negeri sekuler sono, bunuh diri menjadi tren tersendiri bagi anak-anak karena hal sepele. Diolok teman, pulang langsung bunuh diri. Bahkan di negeri ini kita masih belum lupa tragedi anak SD yang mencoba bunuh diri karena tak mampu membayar uang iuran sebesar 2500 rupiah. Lihatlah betapa rentan kondisi psikologis mereka yang seumuran adik-adik kita. Ini karena mereka miskin.
Eh, ngomongin soal kemiskinan, kesenjangan antara kaya dan miskin lebar dan dalam banget tuh. Meski di Barat pengangguran diberi tunjangan (ini yang sering bikin iri masyarakat kita), sebetulnya yang miskin tetap aja miskin. Uang tunjangan itu tak sanggup untuk menanggung beban hidup yang sangat mahal di negeri yang mengagungkan materi.
Belum lagi kalo ngomongin kriminalitas yang angkanya semakin tinggi. Perkosaan, pembunuhan, bahkan pelecehan terhadap agama tertentu dalam hal ini Islam. Mereka yang katanya mengagungkan HAM ternyata adalah pelanggar paling depan. Lihat saja serangan Amerika terhadap Irak dan pelarangan jilbab di sekolah dan institusi resmi lainnya. So, bagi mereka yang silau dengan peradaban Barat yang katanya sudah bangkit, kudu berpikir ulang kalo masih punya akal sehat dengan data-data di atas. Halaman ini nggak bakal cukup untuk membuka kebobrokan sistem yang berasas sekuler ini. Sumpah!
Bandingkan dengan yang ini...
Gaji guru TK dihargai sebesar 15 dinar yang kalo dikurs-kan senilai 15 juta rupiah. Pendidikan gratis bagi semua warga negaranya mulai level apa pun. Jadi gak harus nunggu kucuran BOS yang cuma untuk SD dan SMP aja. Udah gitu, perpustakaan terbuka untuk semua orang, bukan hanya akademisi aja. Ada pemandian dan kolam renang serta disediakan kantin gratis bagi yang rajin ke perpustakaan untuk menimba ilmu. Yang namanya murid-murid cerdas jangan ditanya lagi. Selevel Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Ibnu Taimiyah, al-Khawarizmy, dll mudah bermunculan.
Ibnu al-Baitar yang ahli pengobatan dari Spanyol, Ibnu Hayyan Jabir yang ahli kimia modern dan telah menulis 100 buku lebih, Abu Kamil Shuja’ yang ahli aljabar Islam tertua. Beliau ini juga yang telah menemukan perhitungan akar kuadrat dan persamaannya pada abad 13.
Hmm...selama ini kita mengira ini ditemukan oleh Barat kan? Beliau ini juga menulis kitab al-Faihrits yaitu katalog buku tentang matematika dan astrologi. Pada abad 10 bangsa-bangsa Eropa menterjemahkan karya ini dalam bahasanya masing-masing. Lalu ada juga Abu Wafa’ yang mengembangkan trigonometri (ukur sudut). Beliau juga penemu rumus penting dalam ilmu segitiga. Sin (a+b) = (sin a cos b + sin b cos a) : R yang semula dikira ditemukan oleh Copernicus. Bahkan Paus Silvester II merasa bangga mengakui dirinya menjadi murid orang-orang Islam di Cordoba. Keren banget kan?
Di bidang perekonomian lebih asyik lagi. BBM, listrik, tambang bumi, dan kekayaan alam lain nggak boleh tuh dimiliki individu atau perusahaan asing. Itu semua menjadi milik umum dan dikelola negara untuk digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Nggak ada ceritanya harga BBM naik melulu dan mencekik leher kayak sekarang ini. Wong kita memang kaya minyak kok, ngapain bayar mahal? Nggak ada riba diberlakukan, yang ada adalah bagi hasil sesuai hukum yang berlaku dalam hal ini yaitu hukum syara’.
Di bidang sosial, kehidupan masyarakat cenderung tenang dan damai karena pancaran ketakwaan di tiap individu mulai level rakyat jelata hingga pejabat negara terlihat jelas. Nggak ada yang kelaparan karena sistem distribusi yang merata dan sifat amanah pada individu pejabat serta hukum yang tegas diberlakukan. Gizi buruk dan busung lapar? No way. Nggak bakal ada yang sekarat karena tak mampu bayar obat. Tak ada juga penggusuran sewenang-wenang tanpa ridho pemilik tanah. Yahudi yang rumahnya digusur untuk membangun mesjid bisa memperoleh haknya lagi tanpa harus menangis-nangis kepada petugas tramtibmas.
Huah...masih banyak lagi deh kalo mau diceritakan semua di sini. Intinya kalo kebangkitan itu ukurannya adalah IPTEK, nggak ada apa-apanya dah peradaban Kapitalisme itu. Coba, mana ada pemimpin di negeri sekuler yang mau memikul gandum di pundaknya sendiri tatkal tahu ada rakyatnya yang kelaparan? Yang ada malah saling lempar tanggung jawab.
Nah, gimana nih supaya abad cemerlang dengan ideologi yang benar itu bisa bangkit lagi?
Ayo bangkit!
Bangkit itu berpindah atau berubahnya sebuah umat, bangsa, atau individu dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik. Begitu kata Ustadz Hafidz Shalih dalam buku karangannya An-Nahdhoh yang diterjemahkan menjadi Falsafah Kebangkitan.
Kita bisa bangkit kalo kita tahu apa aja yang menyebabkan kebangkitan bisa tercapai. Ternyata bukan penguasaan IPTEK atau banyaknya sekolah-sekolah didirikan. Tapi meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan dirinya sendiri, manusia dan alam sekitar. Kalo ia paham bahwa ternyata ketiga hal tersebut adalah fana, maka ia akan paham bahwa ada yang Mahakekal.
Setelah memahami ini, maka ia harus memahami bahwa Yang Mahakekal tadi bukan cuma bisa menciptakan, tapi Ia juga sudah menciptakan seperangkat aturan untuk diterapkan. Karena sifatNya yang Maha, maka Ia tahu yang terbaik buat kita. Nggak bakal ada ajang uji coba sistem diterapkan pada kita. Emangnya kita ini kelinci percobaan? Dicoba sistem kapitalis ternyata gagal, ganti sosialis. Sosialis gagal ganti Kapitalis. Huh...bodoh banget tuh yang suka melakukan kayak gitu. Ingat ini bukan ajang coba-coba (hehe, jadi kayak iklan neh;p)
So, negeri ini nggak bakal bangkit selama sistem sekulerisme-kapitalisme dijadikan sebagai acuan. Yakin 100%. Karena cuma dengan Islam sebagai ideologi dan sistem yang benar sajalah negeri ini dan negeri-negeri lain di dunia ini bisa mencapai kebangkitan hakiki. Kebangkitan yang tanpa meninggalkan persoalan baru. Memecahkan masalah tanpa menciptakan masalah baru. Dan, ide kebangkitan ini cuma omong kosong bila kamu sebagai tongkat estafet kepemimpinan masih bengong kayak sapi ompong.
Yuk ngaji yuk! Ngaji Islam sebagai the way of life, yang melingkupi seluruh aspek kehidupan tanpa kecuali. Jadikan negeri ini bangkit yang sebenarnya, bukan malah bangkrut yang sebenarnya. Kamu mau kan? So pasti dong ah. Siipp! By: Ria Fariana (voa-islam.com)
1 comments:
Kita menghendaki kebangkitan yang tidak terbatas pada ibadah dan perbuatan mandub saja. Akan tetapi, kita menghendaki kebangkitan atas hukum-hukum Islam keseluruhan baik dalam pemerintahan, politik, ekonomi, sosial, hubungan luar negeri, tsaqafah dan pendidikan, politik dalam negeri dan luar negeri dan dalam seluruh urusan umat, baik secara individu, kelompok maupun negara.